Editorial

Menhan: Paham Teroris Dan Radikal Yang Dibungkus Agama Sangat Keliru

Megapolindonesia.com

JAKARTA – Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Ryamizard Ryacudu menekankan bahwa mengenai paham terorisme dan radikalisme yang sering disebarkan dan dibungkus agama sangat keliru.

Dirinya menjabarkan bahwa semua agama tidak pernah mengajarkan terorisme dan radikalisme, dan tidak ada hubungannya terorisme dengan agama manapun.

“Perlu kita pahami bersama bahwa ancaman terbesar Terorisme bukan hanya terletak pada aspek serangan fisik yang merugikan, tetapi justru serangan propaganda Ideologi yang secara masif dapat mempengaruhi pola pikir dan pandangan masyarakat,” ujar Ryamizard Ryacudu saat Ceramah Menteri Pertahanan RI kepada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta, Senin, (28/8/2017).

Menteri Pertahanan menyatakan juga bahwa pngaruh propaganda dan agitasi yang bernuansa kekerasan, permusuhan, penghasutan dan ajakan untuk bergabung dengan kelompok teroris ini telah banyak menyasar berbagai kalangan masyarakat dan profesi yang bertujuan untuk menghancurkan jiwa dan Ideologi bangsa yang pada akhirnya akan bermuara pada kehancuran Persatuan dan Kesatuan Nasional bangsa Indonesia.

“Terlepas dari pro dan kontra terhadap rencana revisi tersebut, hal yang perlu kita sadari bersama bahwa Undang-Undang terorisme hanya merupakan aspek pendukung dalam Penanganan aksi terorisme dan radikalisme,”

“Namun hal yang lebih penting dari semua upaya pencegahan maupun penanggulannya adalah bagaimana caranya agar akar permasalahan dari Terorisme dan Radikalisme tersebut dapat diselesaikan dengan tuntas,”ujar Ryamizard.

Ryamizard juga menjelaskan ancaman tersebut berasal dari Idelogi berbasis Materialisme yang saya identifikasi berpotensi mengancam keutuhan Ideologi Pancasila disini adalah “Ideologi Liberalisme, Komunisme, Sosialisme dan Radikalime agama”.

“Artinya, Pancasila tidak lagi dijadikan sebagai acuan dalam bertindak, bersikap, dan bertingkah laku maupun dalam menentukan dan menyusun tata aturan hidup berbangsa dan bernegara,”

“Akhirnya kita kehilangan nilai-nilai Pancasila yang digali dari budaya bangsa Indonesia, dan hal ini mengakibatkan bangsa Indonesia akan kehilangan roh sehingga masyarakat mudah disusupi oleh idiologi asing yang belum tentu sesuai dengan budaya bangsa Indonesia,” tutup Ryamizard. (*)

Leave a comment